Siapakah Zwijsen itu?
Pendiri kami lahir pada tanggal 28 Agustus 1794 dalam sebuah keluarga pemilik kincir-angin di Kerkdriel di Belanda. Pada tanggal 20 Desember 1817 dia ditahbis menjadi imam.
Dari tahun 1832 sampai 1842, Zwijsen menjabat pastor paroki Heike di Tilburg. Kebanyakan umat parokinya terdiri dari buruh-buruh fabrik tekstil dan pekerja harian. Dengan bekerja keras, mereka hanya mendapat upah sedikit. Keadaan sosial dalam masyarakat sangat buruk dan pada waktu itu terdapat cukup banyak pekerjaan anak-anak di fabrik dan tempat-tempat pekerjaan.
Hati pastor Zwijsen tersentuh oleh kebutuhan-kebutuhan konkrit umat parokinya. Karena itu dia mendirikan dua kongregasi: Suster-Suster Cintakasih (1832) dan Frater-Frater dari Tilburg (1844).
Tujuan kedua kongregasi ini ialah membaktikan diri di Tilburg, khususnya dalam bidang pendidikan dan perawatan kesehatan demi kebutuhan kaum miskin dan penduduk yang terpojokkan.
Perkembangan
Joannes Zwijsen mulai Kongregasi Suster-Suster Cintakasih dengan tiga rubiah berasal dari Hoogstraten, sebuah kota kecil di Belgia. Para wanita ini memilih hidup tidak kawin dan berjanji membaktikan diri seluruhnya untuk kaum miskin dalam paroki pastor Zwijsen. Mereka memulai pekerjaan ini dalam sebuah kediaman kecil di jalan Pius di Tilburg. Rumah kedua, dimana sisi depan bangunannya masih terpelihara, dinamakan 'rumah dengan tiga belas sel'.
Pada tanggal 5 Februari 1834, para suster - waktu itu jumlah mereka sudah bertambah menjadi enam - mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan dalam gereja paroki "'t Heike", dihadapan Pendiri mereka Pastor Zwijsen.
Pada hari yang sama, sebelum upacara profesi dimulai, diadakan pemilihan pemimpin.
Demikianlah Muder Michael Leysen menjadi Pemimpin Umum kongregasi pertama.
Zwijsen tidak bermaksud menerima lebih daripada tiga belas suster dalam kongregasinya. Namun karena semakin meningkatnya kebutuhan dalam bidang pendidikan dan perawatan kesehatan, dia agak cepat harus melepaskan prinsip itu. Ketika Mgr. Zwijsen meninggal dunia pada tanggal 16 oktober 1877, Kongregasi sudah mempunyai lebih kurang 1500 anggota dan telah meluas melewati batas negeri Belanda, yaitu ke Belgia (1840), Inggris dan Wales (1861 dan Amerika Serika (1874). Disamping memberikan pendidikan, para suster juga membaktikan diri dalam pekerjaan pemeliharaan para yatim-piatu, para jompo dan orang-orang cacat dan perawatan orang sakit dalam negeri Belanda dan tempat-tempat lainnya.
Dalam abad keduapuluh, hampir seluruh tugas para religius dalam bidang perawatan kesehatan, pemeliharaan para jompo dan pendidikan di Eropah Barat diambil alih oleh kaum awam.
Demikian pula terjadi dalam Kongregasi Suster-Suster Cintakasih. Kini dengan caranya sendiri, para suster berusaha membaktikan diri untuk kebutuhan zaman, melalui sebuah sikap hidup yang berbelaskasih.
Dalam empatpuluh tahun yang lalu telah terdapat banyak perubahan dalam kehidupan religius, demikian juga dalam kehidupan Suster-Suster Cinta Kasih. Dalam negara-negara Barat, ‘karya-karya kasih’ yang besar telah diserahkan kepada kaum awam. Para suster tidak lagi memakai jubah, kadang-kadang tinggal sendirian atau dalam kelompok kecil dan mereka bersama mencari bentuk keberadaan religius yang baru. Dalam Dunia Ketiga, di mana umur rata-rata dari para suster jauh lebih muda, mereka masih bekerja penuh dalam proeyk-proyek, dalam perawatan dan pendidikan. Satu hal yang masih tetap dijalankan di mana-mana ialah usaha bersama untuk membela kaum miskin. Sebagaimana seorang suster berkata: “Karya-karya berbelaskasih tetap tinggal selamanya”.